Cahaya Bulan

Rabu, 01 April 2020

Prolog


Senja itu terbelam di matamu,
bisa kulihat dengan jelas, tanpa jeda-
pelan dan merdu.

setelah menerima langit dengan rinai, gamang,
rupanya sepasang mata bertatap-tatapan.
menyaksikan anak kata yang bergumul dan-
saling menuding 
milik siapa selaksa doa yang berteduh di tubuh malam kemudian?

lirih.

April, 2020.



Tentang Air

Yang bermuara pada lautan,
setelah melewati kelok sungai dan batu-
batu, juga lembah yang entah berapa kali
luasnya,
dan dihardik sebagai petaka pada penghujan

kami tidak pernah tahu
bagaimana merayakannya ketika ia pulang
dalam peluk lautan
kami masing-masing saling bertanya:
"kapan nasib kami seperti ia?"

ia bingung dan gamang,
bertanya-tanya, "mengapa kami ingin lautan?"

Maret 2020. 

Monolog

Rasanya di matamu itu,tersesat kata-kata
mencari renjana.

Tetapi hujan menyembunyikan rahasia bunga padi
tentang langit yang
mendung semalaman

kemudian, percakapan itu bising
di dada kami masing-masing.

Maret 2020.