Cahaya Bulan

Sabtu, 20 Juni 2020

Ulasan Karya Sastra (Abdoel Moeis dengan Salah Asuhan).




Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat Melayu Minangkabau melalui setting dan penokohan dalam roman Salah Asuhan dan kaitannya dengan kehidupan pengarang. 
Abdoel Moeis dalam roman Salah Asuhan menyuguhkan kehidupan sosial dan adat istiadat antara Pribumi dan orang-orang berkebangsaan Belanda. Moeis juga menggambarkan perjalanan cinta Hanafi sebagai seorang pribumi dengan Corrie seorang perempuan berkebangsaan Belanda yang banyak mengalami rintangan karena adanya batasan-batasan yang menjadi permasalahan pada saat itu.
Hanafi sejak kecil sudah diasuh oleh keluarga keturunan Belanda, sebab ayahnya sudah meninggal sejak ia kecil. Maka ibunya berusaha dengan keras untuk tetap menyekolahkan Hanafi dan juga menitipkannya kepada keluarga keturunan Belanda agar dekat dengan HBS di Betawi, yaitu tempat Hanafi bersekolah. Sejak kecil Hanafi diasuh oleh keluarga Belanda, maka pergaulan Hanafi pun tidak lepas dari pergaulan orang-orang Belanda, sehingga tidak heran jika tingkah Hanafi menjadi keberat-baratan atau bahkan melebihi orang Belanda itu sendiri.
Hanafi jatuh cinta kepada Corrie, namun cintanya tak terbalaskan karena Corrie merasa takut akan terasingkan oleh keluarganya jika mempunyai hubungan dengan Hanafi. Sehingga pada akhirnya Hanafi dijodohkan dengan Rapiah seorang perempuan pribumi yang berperangai halus, Hanafi menikah dengan Rapiah dan memiliki seorang anak bernama Syafei. Namun, Hanafi tidak berlaku sebagaimana mestinya, Hanafi tidak memperlakukan Rapiah sebagai seorang istri, melainkan sebagai seorang pembantu yang melayani Hanafi dan teman-teman Belandanya ketika sedang berkumpul. Hingga pada suatu hari Hanafi bertemu kembali dengan Corrie dan menikah dengan meninggalkan Rapiah dan anaknya. Namun, pernikahan Hanafi dan Corrie tidak berlangsung lama, mereka bercerai karena Hanafi menuduh Corrie berzina. Perceraian dan meninggalnya Corrie karena penyakit Kholera membuat Hanafi merasa stres dan menelan 6 butir sublimat yang menjadi sebab meninggalnya Hanafi.
Abdul Moeis sebagai seorang sastrawan banyak membuat karangan yang bersifat sosial dan politik sejak ia aktif dalam bidang jurnalistik, pada awalnya ia hanya menulis pada surat kabar De Ekspress untuk mencurahkan segala bentuk pemberontakannya terhadap kepincangan pemerintahan Belanda, hingga akhirnya ia menulis sebuah roman Salah Asuhan sebagai penyalur keresahan hatinya.
Salah Asuhan sebagai salah satu roman yang terbit pada tahun 1928 oleh Balai Pustaka menjadi karya sastra yang terkenal dengan gaya bahasanya yang halus dan memikat hati pembaca, karya tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, diantaranya adalah bahasa Rusia dan Cina. Namun, naskah Salah Asuhan banyak mengalami perubahan terhadap naskah aslinya, hal demikian karena situasi sosial saat itu menuntut Moeis untuk menciptakan karya sastra yang tidak memuat unsur pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda.
Penggambaran situasi sosial politik tersebut ada pada akhir cerita, yaitu ketika Moeis menceritakan bahwa Corrie Du Busse meninggal karena penyakit kholera. Berkenaan dengan hal ini, dalam roman Salah  Asuhan karya Abdul Moeis konon dalam naskah aslinya yang dikarang penulis, Corrie Du Busse adalah perempuan Indo Belanda yang kemudian mati karena penyakit kelamin bukan penyakit kholera (penyakit menular dari saluran pencernaan). Perubahan tersebut dilakukan agar tidak merendahkan derajat orang Belanda dan  karena pada masa itu segala bentuk karya sastra yang ingin diterbitkan oleh Balai Pustaka tidak boleh mengandung unsur pemberontakan atau segala hal yang bersifat merendahkan bangsa Belanda. Hampir semua novel-novel Balai Pustaka senantiasa memunculkan tokoh mesias atau dewa penolong yang merupakan tokoh Belanda, sedangkan orang-orang pribumi digambarkan sebagai tokoh yang kejam, tidak adil, dan tukang menikah. Seperti halnya Hanafi tokoh utama dalam novel Salah Asuhan yang bertindak kejam kepada istrinya Rapiah dan kemudian menikahi lagi perempuan lain bernama Corrie. 
Pernyataan di atas juga disebutkan dalam buku Pengantar Sejarah Sastra Indonesia yang ditulis oleh Yudiono, yakni Salah Asuhan yang terbaca masyarakat ternyata tidak sama benar dengan teks asli yang berada dalam naskah pengarang Abdul Moeis karena ada campur tangan redaksi Balai Pustaka yang mengubah bagian-bagian tertentu sesuai dengan pandangan penerbit.Seperti juga dituliskan dalam sebuah buku biografi Abdul Moeis, yaitu:

“Sebenarnya isi buku itu agak berbeda dengan naskah aslinya. Perubahan itu terdapat dibagian akhir. Perubahan itu sengaja dilakukan oleh redaksi Balai Pustaka. Maksudnya ialah untuk menjaga nama baik bangsa Belanda. Bagian yang diubah itu ialah mengenai nasib Corrie, si gadis Belanda. Dalam buku Salah Asuhan diceritakan Corrie meninggal karena setelah cintanya putus. Tetapi yang sebenarnya ia meninggal karena bunuh diri setelah menjadi pelacur akibat kegagalan cintanya.

Salah Asuhan dijadikan sebagai politik kolonial bangsa belanda, yang sudah sangat jelas sekali diceritakan dalam novel ini bahwa tokoh Hanafi orang Bomeipoetra merupakan tokoh yang kejam, tidak adil, dan suka menikah, dan juga digambarkan bahwasanya bangsa pribumi adalah bangsa yang bodoh, sedangkan bangsa Belanda adalah yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan bangsa pribumi.

     (Luthfifi)


1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.biz...^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus