Cahaya Bulan

Sabtu, 20 Juni 2020

Ulasan Karya Sastra (Sistem Kasta dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Bali - Tarian Bumi - Oka Rusmini



Oka Rusmini adalah seorang penulis perempuan yang sangat jeli dalam melihat fenomena sosial-budaya, sehingga dalam karyanya Tarian Bumi, Oka banyak menampilkan  kondisi sosial-budaya masyarakat Bali yang sesungguhnya. Penulis menceritakan mengenai kehidupan Bali yang penuh dengan aturan adat budaya yang kaku. Terutama pada sistem kasta yang berlaku, adapun sistem kasta yang dikenal pada masyarakat Bali, yaitu terdiri dari : kasta Brahmana, yang merupakan kasta pada tingkatan tertinggi, yakni golongan pendeta. Kasta Ksatria, yaitu merupakan golongan para bangsawan. Waisya, adalah golongan para pedagang. Dan, yang paling rendah adalah kasta Sudra, yaitu terdiri dari para petani. 
Tarian Bumi, merupakan novel yang menyuguhkan berbagai cerita menarik tentang perempuan dan kaitannya dengan sistem kasta yang mengikat dan jarang diketahui oleh sebagian orang. Kehidupan tokoh perempuan dalam novel ini merupakan sebuah gambaran yang sebenarnya dari kehidupan para perempuan Bali. Oka Rusmini, dalam novel ini membuat suatu kritik sosial atas adanya pengkotak-kotakan dan praktik budaya yang merugikan perempuan dalam kehidupan masyarakat Bali, bahwasanya dengan adanya sistem kasta yang mengikat tidak lantas membuat sebagian orang meraskan hidup yang bahagia, bahkan ketika seseorang tersebut berada pada kasta tertinggi sekalipun, yaitu Brahmana. Seperti yang dialami oleh tokoh utama dalam cerita, yaitu Telaga.
Telaga, mengalami dilema dalam sebuah pilihan hidup. Telaga sebagai perempuan Brahmana, harus berani mengambil sebuah keputusan penting dalam hidupnya. Yaitu, ia memilih untuk menikah dengan Wayan (lelaki sudra) atau menikah dengan laki-laki yang juga berasal dari kasta Brahmana. Konsekuensinya adalah Telaga akan turun kasta jika ia memilih menikah dengan Wayan, dan sudah tentu ia sudah tidak lagi bagian dari keluarga Griya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang sangat terlihat jelas antara kasta Brahmana dan Sudra. Bahwa seseorang dengan kasta Brahmana tidak boleh bersosialisasi secara dekat dengan orang-orang yang berkasta Sudra. Hal demikian terlihat pada teks novel Tarian Bumi, dalam kutipan berikut:
Jangan kau bawa cucuku ke rumahmu. Cucuku seorang Brahmana, bukan Sudra. Bagaimana kamu ini! kalau sering kau bawa pulang ke rumahmu, cucuku tidak akan memiliki sinar kebangsawanan. Kau mengerti, kenanga! Suara mertuanya terdengar melengking. Sekar terdiam.(hlm.61)
Berdasarkan kutipan tersebut, Sekar seorang perempuan Sudra yang naik kasta menjadi Brahmana, dilarang untuk membawa anaknya mengunjungi keluarga Luh Sekar yang merupakan golongan Sudra. Berarti terdapat jarak yang sangat jauh antara kedua kasta tersebut dan tidak bisa lagi diubah.
Berbicara mengenai sistem kasta yang berlaku pada masyarakat Bali jika dikaitkan dengan kehidupan sosial. Tidak semua masyarakat Bali dapat mersakan kebahagiaan hidup atau bahkan meraskan keadilan. Seperti halnya tokoh Luh Sekar (perempuan Sudra) yang harus merelakan untuk meninggalkan keluarganya karena ia menikah dengan seorang laki-laki Brahmana. Sekar harus mengorbankan segala hal yang ia punya, termasuk ia harus kehilangan kebiasaan-kebiasaan lamanya. Kesakitan yang dialami oleh Sekar, dapat terlihat pada teks sebagai berikut:
Setelah disunting secara sah oleh Ida Bagus Ngurah Pidada, Luh Sekar tidak hanya harus meninggalkan keluarga dan kebiasaan-kebiasaannya. Selain berganti nama menjadi Jero Kenanga, dia juga harus meninggalkan semua yang perah membesarkannya.(hlm.54)
Setiap pulang ke rumah asalnya, Sekar harus berubah sikap. Orang-orang yang berada di rumahnya harus hormat. Sekar jadi kikuk.(hlm.56)
Demikian, yang terjadi pada hidup Luh Sekar. Hidupnya terikat oleh aturan-aturan adat budaya kaum Brahmana yang sangat angkuh. Ketidakadilan dan kesenjangan sosial lainnya yang diraskan oleh kaum perempuan atas praktik budaya yang mengikat, digambarkan oleh Oka pada beberapa kasus yang dialami oleh perempuan Bali, seperti tokoh Kenten, yang begitu membenci laki-laki. Karena, pada umumnya dalam masyarakat Bali yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah kaum perempuan, sedangkan laki-laki hanya bersantai diri di rumah dan melakukan kesanangan mereka saja. Seperti pada kutipan berikut:
Aku hanya tidak senang gunjingan laki-laki yang duduk santai di kedai kopi setiap pagi. Sementara aku harus kerja keras, kaki mereka terangkat di kursi. Tubh mereka hanya tertutup kain yang begitu lusuh. Para laki-laki itu, aku yakin belum mandi. Aneh sekali tingkah mereka. Setiap hari dari pagi samapai siang hanya duduk dan mengobrol. Mata mereka begitu liar serta sering menggodaku. Rasanya, aku ingin melempar kayu bakar ke mata mereka.(hlm32-33)

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat jelas bahwa Oka mencoba untuk mengkritisi Lelaki Bali yang pekerjaannya hanya bersantai-santai saja, sedangkan perempuan harus bekerja keras dan bersusah payah. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa seharusnya seorang laki-laki mampu bertanggung jawab dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, tidak hanya bergantung pada penghasilan perempuannnya. Kemudian, kutipan lain yang dapat memberi sebuah penjelasan tentang Bali sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Perempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Mereka lebih memilih berpeluh. Hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup, dan harus tetap hidup.(hlm.25)
Maka, jelas sekali lagi-lagi Oka menguak tentang realita Bali yang seesungguhnya. Pulau yang dikenal dengan keindahannya ternyata menyimpan kesakitan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh kaum perempuannya. Bali dengan sistem kasta juga sangat membatasi langkah yang harus diambil oleh masyarakatnya dalam menjalani sebuah pilihan hidup.
Oka Rusmini dalam Tarian Bumi membuat suatu gambaran kehidupan sosial Bali dengan adanya tokoh-tokoh perempuan yang berkali-kali mengalami kesakitan. Seperti pada akhirnya Telaga harus melepaskan status Brahmananya dan menjadi perempuan Sudra karena memilih hidup dengan laki-laki Sudra. Luh Sekar yang harus merelakan untuk kehilangan kebiasaan-kebiasaan lamanya dan berjarak dengan keluarganya karena memilih untuk menikah dengan laki-laki Brahmana. Kenten, seorang perempuan Sudra yang memilih untuk hidup tanpa laki-laki, karena ia menganggap bahwa laki-laki pada masyarakat Bali tidak bisa bertanggung jawab dan hanya mampu bergantun pada perempuan.
Demikian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Bali. Dengan adanya kritik sosial yang dilakukan oleh Oka dalam novelnya Tarian Bumi, ia dinobatkan sebagai “Penerima Penghargaan Penulisan Karya Sastra 2003” dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. Karena, dengan sangat apik ia mengungkapkan fakta-fakta yang jarang diketahui oleh masyarakat di luar Bali.


Bagaimana usai membaca ulasan karya ini? 
tertarik untuk membaca keseluruhan isi novelnya? 

1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.biz...^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus