Obat
Oleh, Fifi Luthfi AR
Pada suatu pagi
menjelang siang
Semak, ranting, dan
akar basah diguyuri airmata langit
Jemari lentik
bermahkota cincin dijari manis sebelah kiri masih terus menelisik rona wajah
dan tubuh jenjang yang biasa tersipu
Belum sempat si gadis
bermandikan air kolam yang dingin menampar kulit, ia terus memetik aksara yang
di jatuhkannya pada sebuah kertas putih selaras dengan baju berkerah putih yang
ia kenakan.
Dibalik jendela, ia
menilik rinai yang masih betah meresep kedalam tanah
Di telusurinya setiap
jengakal sudut-sudut halaman depan rumah begitu leluasa
Rupanya ada seorang
tabib yang menawarkan obat penyembuh macam-macam luka, berteduh dan singgah di
saung tempat bercengkrama kanak-kanak sewaktu sore tiba.
Nampak berjejer
racikan obat herbal butannya dalam sebuah tungku kayu yang diletakkannya di
saung bambu beratapkan jerami.
Ia merangkul dengkul
dengan lengannya yang basah sebab terbias rinai hujan, kemudian matanya secepat
kilat menangkap siluet yang berbayang dibalik tirai. Dengan cekatan ia memikul
tungku kayu dan menghampiri si gadis berbaju kerah putih
Ditawarinya macam-macam
obat jualnnya
Ada obat luka bacok,
luka tembak, luka panah, bahkan sampai penyakit semacam bisul, kutil, dan kurap-pun
ada obat penyembuhnya.
Kemudian si gadis
mengamati jejeran obat ditungku kayu sang penjual
Matanya bergerak
lincah dari satu sudut ke sudut lain, mencari-cari sesuatu yang nampak belum ia
temui.
Pak...
Sapa si gadis dengan
tenang
Iya... ada apa dik? Jawab
sang penjual
Bapa menjual
macam-macam obat penyembuh luka ? Tanya si gadis.
Ya, tentu saja saya
menjual. Adik ingin mencari obat luka apa ? biar saya bantu. Sang penjual
menawarkan.
Obat luka hati ada
pak ?
Hening
Bekasi, 19 Januari
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar