Cahaya Bulan

Minggu, 18 Januari 2015




Obat
Oleh, Fifi Luthfi AR

Pada suatu pagi menjelang siang
Semak, ranting, dan akar basah diguyuri airmata langit
Jemari lentik bermahkota cincin dijari manis sebelah kiri masih terus menelisik rona wajah dan tubuh jenjang yang biasa tersipu
Belum sempat si gadis bermandikan air kolam yang dingin menampar kulit, ia terus memetik aksara yang di jatuhkannya pada sebuah kertas putih selaras dengan baju berkerah putih yang ia kenakan.

Dibalik jendela, ia menilik rinai yang masih betah meresep kedalam tanah
Di telusurinya setiap jengakal sudut-sudut halaman depan rumah begitu leluasa
Rupanya ada seorang tabib yang menawarkan obat penyembuh macam-macam luka, berteduh dan singgah di saung tempat bercengkrama kanak-kanak sewaktu sore tiba.
Nampak berjejer racikan obat herbal butannya dalam sebuah tungku kayu yang diletakkannya di saung bambu beratapkan jerami.
Ia merangkul dengkul dengan lengannya yang basah sebab terbias rinai hujan, kemudian matanya secepat kilat menangkap siluet yang berbayang dibalik tirai. Dengan cekatan ia memikul tungku kayu dan menghampiri si gadis berbaju kerah putih
Ditawarinya macam-macam obat jualnnya
Ada obat luka bacok, luka tembak, luka panah, bahkan sampai penyakit semacam bisul, kutil, dan kurap-pun ada obat penyembuhnya.

Kemudian si gadis mengamati jejeran obat ditungku kayu sang penjual
Matanya bergerak lincah dari satu sudut ke sudut lain, mencari-cari sesuatu yang nampak belum ia temui.
Pak...
Sapa si gadis dengan tenang
Iya... ada apa dik? Jawab sang penjual
Bapa menjual macam-macam obat penyembuh luka ? Tanya si gadis.
Ya, tentu saja saya menjual. Adik ingin mencari obat luka apa ? biar saya bantu. Sang penjual menawarkan.
Obat luka hati ada pak ?
Hening

Bekasi, 19 Januari 2015







Tidak ada komentar:

Posting Komentar